FREE $25

Sunday, September 22, 2013

PRINSIP HIDEYOSHI

Prinsip Kepemimpinan Samurai
Mampu mengubah kelemahan menjadi kekuatan, merupakan mantra pertama untuk meraih kesuksesan.

LIMA ABAD BERLALU, nama Toyotomi Hideyoshi masih sangat populer di Jepang. Bukan hanya masuk dalam catatan sejarah, tetapi juga menjadi icon keberhasilan menembus impian, me­wujudkan yang tidak mungkin menjadi mungkin. Dari rakyat biasa dengan kelas sosial terbawah, menjadi pemimpin tertinggi (wakil kaisar). Kesuksesan dia raih saat sistem sosial di Jepang ken­tal dengan napas feodalisme. Sebagai gambaran, Kaisar merupakan simbol status sosial tertinggi, diikuti kaum bangsawan, kemudian Shogun (pemimpin milier tertinggi), daimyo yang menguasai daerah, samurai, ronin (samurai tak bertuan), dan terakhir kelas terendah tempat Hideyoshi berasal, yaitu masyarakat pekerja (pedagang, petani, dan lain­lain). Toyotomi Hideyoshi lahir di zaman kekacauan Jepang (1537), saat perebutan wilayah kekuasaan antar­klan (antar daimyo) men­capai puncaknya. Dia lahir dengan kondisi supermiskin di Desa Naka­mura, Provinsi Owari, dari seorang ayah bernama Yaemon, prajurit rendahan di ketentaraan Oda yang kemudian meninggal setelah mengalami cacat arena perang. Perjalanan hidup Toyotomi Hideyoshi berhasil menggugah banyak orang untuk berani berpikir berbeda. Mewujudkan apa yang semula tampak tidak mungkin menjadi mungkin. Hideyoshi tumbuh menjadi anak bertubuh pendek, berwajah jelek bahkan disebut­sebut se­perti monyet. Saat dewasa, tinggi badannya tidak lebih dari 150 cm dengan berat 50 kg. Jauh dari gambaran calon penguasa ter­tinggi Negeri Matahari Terbit. Fisiknya yang aneh sering menjadi bahan ejekan. Namun, Hideyoshi punya semangat, ke­beranian, dan kecerdikan yang ti­dak dimiliki orang lain. Terpenting, dia tahu apa yang dia mau! “Aku ingin menjadi pemimpin. Aku akan mengubah kekurangan fisik­ku menjadi keunggulan,” begitu kira­kira tekad Hideyoshi seperti diungkapkan Kitami Masao dan Tim Clark dalam buku fenomenal berjudul Swordless Samurai. Siapa yang mengira rakyat jelata buruk rupa yang bermain pedang pun tak becus, bisa men­jadi pemimpin bahkan tercatat sebagai orang pertama yang mampu menyatukan Jepang dan mengalahkan kekuasaan Shogun? Pada 1598, anak petani dari kasta terendah di Jepang ini menerima sumpah setia dari se­luruh daimyo. Hideyoshi men­capai puncak tertinggi, menjadi wakil kaisar dan kemudian men­jadi  Taiko (mantan wakil kaisar) dengan kekuasaan dan karisma yang tetap diperhitungkan.

Di akhir hayat, catatan seja­rah menunjukkan, Hideyoshi ter­jebak dalam pusaran kesombong­an kekuasaan dan melenceng dari tujuan perjuangan awal. Dia melakukan invasi ke Korea dan ga­gal. Dia juga mengambil ratusan selir. Teman­teman seperjuangan yang berani memberi pendapat berbeda, hampir semua telah gu­gur di medan perang. Sebagai pe­mimpin, Hideyoshi berada di pun­cak kekuasaan dan kesepian. Apapun akhir kisah Hideyoshi, perjalanan hidupnya berhasil menggugah banyak orang untuk berani berpikir beda. Setelah ber­abad-­abad berlalu, Hideyoshi ma­sih mampu meninggalkan pesan: “Waspadai kesombongan saat kekuasaan dan kesuksesan sudah di tanganmu.” Untuk mengenang perjalan­an hidupnya yang luar biasa, di tanah kelahirannya, Nakamura, Nagoya, dibangun Hideyoshi dan Kiyomasa Memorial  Museum. Hideyoshi dikenang sebagai sosok menyenangkan yang lebih mementingkan kecerdasan ketimbang kekuatan fisik. Ia diberi  julukan  sebagai Samurai tanpa Pedang.

Prinsip HideyosHi:
·         Mampu mengubah kelemahan menjadi kekuatan merupakan mantra pertama keberhasilan.
·         Inti kepemimpinan adalah melayani bukan dilayani.
·         Pemimpin yang baik harus bisa berterima kasih
·         Lakukan tugasmu dengan sepenuh hati, dan bertindaklah berani pada saat-saat kritis.
·         Jadilah pemimpin bukan atasan.
·         Untuk mendapat kepercayaan, beri kepercayaan.
·         Jadilah yang pertama dalam memaafkan.
·         Peliharalah asetmu yang paling berharga – jaringan personal.
·         Ubah kesialan menjadi keberuntungan.
·         Kesetiaan bisa didapat, tapi tidak akan pernah bisa dibeli.
·         Hargai komitmenmu.
·         Gunakan informasi untuk mengasah persepsimu.
·         Kerjasama tim adalah kunci keberhasilan.
·         Carilah saran dari mereka yang berani tidak sependapat.
·         Rangkul orang yang kemampuannya melebihimu.
·         Pekerjakan pemimpin, bukan sekadar pengikut.
·         Semakin tinggi kekuasaan, biasanya semakin tipis pula sikap rendah hati.   Waspadai kesombongan!
·         Hati-hati, jika tujuanmu sudah tercapai, engkau bisa melupakan alasan perjuanganmu semula.


0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...