Prinsip
Kepemimpinan Samurai
Mampu
mengubah kelemahan menjadi kekuatan, merupakan mantra pertama untuk meraih
kesuksesan.
LIMA
ABAD BERLALU, nama Toyotomi Hideyoshi masih sangat populer di Jepang. Bukan
hanya masuk dalam catatan sejarah, tetapi juga menjadi icon keberhasilan menembus
impian, mewujudkan yang tidak mungkin menjadi mungkin. Dari rakyat biasa
dengan kelas sosial terbawah, menjadi pemimpin tertinggi (wakil kaisar).
Kesuksesan dia raih saat sistem sosial di Jepang kental dengan napas
feodalisme. Sebagai gambaran, Kaisar merupakan simbol status sosial tertinggi,
diikuti kaum bangsawan, kemudian Shogun (pemimpin milier tertinggi), daimyo
yang menguasai daerah, samurai, ronin (samurai tak bertuan), dan terakhir kelas
terendah tempat Hideyoshi berasal, yaitu masyarakat pekerja (pedagang, petani,
dan lainlain). Toyotomi Hideyoshi lahir di zaman kekacauan Jepang (1537), saat
perebutan wilayah kekuasaan antarklan (antar daimyo) mencapai puncaknya. Dia
lahir dengan kondisi supermiskin di Desa Nakamura, Provinsi Owari, dari
seorang ayah bernama Yaemon, prajurit rendahan di ketentaraan Oda yang kemudian
meninggal setelah mengalami cacat arena perang. Perjalanan hidup Toyotomi
Hideyoshi berhasil menggugah banyak orang untuk berani berpikir berbeda.
Mewujudkan apa yang semula tampak tidak mungkin menjadi mungkin. Hideyoshi
tumbuh menjadi anak bertubuh pendek, berwajah jelek bahkan disebutsebut seperti
monyet. Saat dewasa, tinggi badannya tidak lebih dari 150 cm dengan berat 50
kg. Jauh dari gambaran calon penguasa tertinggi Negeri Matahari Terbit.
Fisiknya yang aneh sering menjadi bahan ejekan. Namun, Hideyoshi punya
semangat, keberanian, dan kecerdikan yang tidak dimiliki orang lain.
Terpenting, dia tahu apa yang dia mau! “Aku ingin menjadi pemimpin. Aku akan
mengubah kekurangan fisikku menjadi keunggulan,” begitu kirakira tekad
Hideyoshi seperti diungkapkan Kitami Masao dan Tim Clark dalam buku fenomenal
berjudul Swordless Samurai. Siapa yang mengira rakyat jelata buruk rupa yang
bermain pedang pun tak becus, bisa menjadi pemimpin bahkan tercatat sebagai
orang pertama yang mampu menyatukan Jepang dan mengalahkan kekuasaan Shogun?
Pada 1598, anak petani dari kasta terendah di Jepang ini menerima sumpah setia
dari seluruh daimyo. Hideyoshi mencapai puncak tertinggi, menjadi wakil
kaisar dan kemudian menjadi Taiko (mantan wakil kaisar) dengan kekuasaan
dan karisma yang tetap diperhitungkan.
Di
akhir hayat, catatan sejarah menunjukkan, Hideyoshi terjebak dalam pusaran
kesombongan kekuasaan dan melenceng dari tujuan perjuangan awal. Dia melakukan
invasi ke Korea dan gagal. Dia juga mengambil ratusan selir. Temanteman
seperjuangan yang berani memberi pendapat berbeda, hampir semua telah gugur di
medan perang. Sebagai pemimpin, Hideyoshi berada di puncak kekuasaan dan
kesepian. Apapun akhir kisah Hideyoshi, perjalanan hidupnya berhasil menggugah
banyak orang untuk berani berpikir beda. Setelah berabad-abad berlalu,
Hideyoshi masih mampu meninggalkan pesan: “Waspadai kesombongan saat kekuasaan
dan kesuksesan sudah di tanganmu.” Untuk mengenang perjalanan hidupnya yang
luar biasa, di tanah kelahirannya, Nakamura, Nagoya, dibangun Hideyoshi dan
Kiyomasa Memorial Museum. Hideyoshi dikenang sebagai sosok menyenangkan
yang lebih mementingkan kecerdasan ketimbang kekuatan fisik. Ia diberi
julukan sebagai Samurai tanpa Pedang.
Prinsip
HideyosHi:
·
Mampu
mengubah kelemahan menjadi kekuatan merupakan mantra pertama keberhasilan.
·
Inti
kepemimpinan adalah melayani bukan dilayani.
·
Pemimpin
yang baik harus bisa berterima kasih
·
Lakukan
tugasmu dengan sepenuh hati, dan bertindaklah berani pada saat-saat kritis.
·
Jadilah
pemimpin bukan atasan.
·
Untuk
mendapat kepercayaan, beri kepercayaan.
·
Jadilah
yang pertama dalam memaafkan.
·
Peliharalah
asetmu yang paling berharga – jaringan personal.
·
Ubah
kesialan menjadi keberuntungan.
·
Kesetiaan
bisa didapat, tapi tidak akan pernah bisa dibeli.
·
Hargai
komitmenmu.
·
Gunakan
informasi untuk mengasah persepsimu.
·
Kerjasama
tim adalah kunci keberhasilan.
·
Carilah
saran dari mereka yang berani tidak sependapat.
·
Rangkul
orang yang kemampuannya melebihimu.
·
Pekerjakan
pemimpin, bukan sekadar pengikut.
·
Semakin
tinggi kekuasaan, biasanya semakin tipis pula sikap rendah hati.
Waspadai kesombongan!
·
Hati-hati,
jika tujuanmu sudah tercapai, engkau bisa melupakan alasan perjuanganmu semula.
0 comments:
Post a Comment