FREE $25

Tuesday, May 28, 2013

KOMUNIKASI

"Hati memiliki akalnya sendiri yang tidak dikenal oleh akal." - Pascal
 
Sikap Diam dan Sikap Keras

Komunikasi adalah keterampilan penting dalam kehidupan kita, dimulai dari bangun tidur kita telah melakukan komunikasi. Membaca buku, menulis, berbicara dan mendengarkan orang lain merupakan bentuk dari komunikasi. Dibutuhkan kemampuan yang baik agar dapat berkomunikasi secara efektif. Misalnya, bagaimana agar kita dapat berkomunikasi dengan baik secara mendalam terlebih terhadap isu tertentu yang kadang cenderung menuju krusial dengan cara yang kooperatif? Sebab biasanya saat terjadi sebuah dialog atau percakapan yang meledak ke percakapan krusial, kita cenderung langsung memilih bertahan dalam sikap diam atau sebaliknya dengan sikap keras.

Melakukan percakapan dengan sikap keras, dengan berusaha memaksakan kehendak kita, cenderung akan menghasilkan pertengkaran dan membawa kita ke dalam percakapan krusial yang jauh dari sehat sebab segala sesuatunya terlihat gelap gulita dan bingung untuk keluar dari percakapan. Sehingga jika satu pihak dalam sikap keras maka pihak satunya akan berada dalam sikap diam.

Banyak yang mengutarakan bahwa diam adalah baik, silence is golden, tetapi kenyataannya tidak demikian. Justru sebaliknya, saat percakapan krusial terjadi dan kita memutuskan untuk diam, maka kita otomatis memblok terjadinya percakapan krusial. Padahal percakapan krusial yang ditangani dengan baik dapat melahirkan suatu pembaharuan dan menyelesaikan permasalahan.

Sikap keras dan sikap diam bukanlah solusi dalam menyelesaikan sebuah percakapan yang mendadak muncul dan menjadi krusial.


Saat Kebuntuan Tidak Bisa Dihindari

Bukan proses pembelajaran namanya jika kita tidak pernah gagal saat masuk dalam percakapan krusial, tetapi dalam kegagalan kita akan semakin mengerti dan semakin paham bagaimana saat masuk, berada dan keluar dari percakapan yang krusial dengan sebuah solusi atau strategi yang baru, terlebih lagi saat kebuntuan memang tidak bisa dihindari.

Saat kita dan lawan bicara berada dalam kondisi ketidakmampuan akut untuk memecahkan masalah yang ada, atau sasaran dari pembicaraan yang tengah berlangsung. Pada saat itulah kita tengah berada dalam sebuah kebuntuan. Dan biasanya saat percakapan krusial terjadi dengan tidak baik maka kebuntuan ini timbul, jadi sebenarnya kebuntuan ini dapat dihindari bukan? Atau jika terlanjut masuk didalamnya, kita masih dapat menemukan jalan keluarnya.


Identifikasi Kebuntuan

Start with heart adalah langkah pertama untuk mengatasi kebuntuan. Orang yang terampil berusaha untuk tetap fokus meskipun berada dalam kebuntuan. Mereka berusaha mengidentifikasi apa penyebab dan bagaimana dapat keluar dari kondisi tersebut. Sehingga mereka pun tidak terpancing untuk membuat pilihan yang bodoh atau konyol (ada atau tidaknya pilihan) seperti bersikap diam atau mungkin keras. Dengan tidak membenarkan alibi klise yang sering kita dengar bahwa "Saya tidak punya cara lain selain harus seperti apa saat ini berlangsung, yang saya tahu saya harus mengambil sikap. Pilihan saya hanya melawan atau tetap tinggal diam."

Stop the drama! Ambil jeda beberapa saat. Mungkin dengan mencairkan suasana atau mengalihkan ke pembicaraan lain. Namun saat jeda itu berlangsung, mulailah bertanya jauh ke dalam diri kita dengan mengajukan mengajukan pertanyaan-pertanyaan di bawah ini, baik ketika Anda mempersiapkan diri untuk melangkah ke percakapan penting atau sudah berada di dalamnya dan terjebak dalam situasi buntu;
- Apa yang saya inginkan untuk diri saya sendiri?
- Apa yang saya benar-benar inginkan untuk orang lain/lawan bicara saya?
- Apa yang sesungguhnya saya inginkan selanjutnya dari hubungan ini?

Setelah tiga hal tersebut dapat kita jawab, tambahkan satu pertanyaan penutup "Bagaimana saya bersikap jika saya benar-benar ingin pembicaraan ini dapat memberikan hasil?"

Terlepas dari kenyataan bahwa saat ini kita sedang tergoda untuk mengambil jalan yang salah dengan (1) Mencoba untuk berkelahi atau melawan, (2) Emosi mendidih dengan cepat karena kepanikan melihat kebuntuan, atau (3) Kebiasaan mengakar yang berusaha untuk selalu menjadi pemenang dari setiap percakapan.

Ketiga hal tersebut dapat diatasi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengingatkan kita kembali pada apa tujuan awal percakapan ini dan apa yang sebenarnya hendak dituju dari percakapan ini. Kedua pertanyaan tersebut ibarat minum segelas jus dan mendapat kesegaran yang membuat kita meskipun didalam kebuntuan tetap dapat kembali fokus.

Pada awalnya, saat melakukan percakapan krusial kita cenderung akan melakukan penolakan diri. Terlebih lagi kita pun sebenarnya memiliki kepentingan dalam percakapan ini dan keadaan kita pun sama emosionalnya. Lalu mengapa kita harus berusah memahami lawan bicara kita? Sebab pada saat kebuntuan terjadi, otak kita tidak berfungsi dengan baik. Sehingga menolak kompleksitas. Dalam kondisi itu, kita hanya melihat dua kemudahan yaitu dengan memilih antara menyerang atau diam dengan pemikiran bahwa itu akan membuat kita terlihat baik

Ketika kita menolak untuk membuat pilihan yang bodoh/konyol adalah pada saat otak kita berpikir untuk memecahkan masalah yang lebih kompleks. Dan ini sering kita lakukan sehingga kita akan menemukan cara untuk berbagi keprihatinan kita, mendengarkan orang lain secara tulus dan membangun hubungan yang sehat yang mampu mengubah hidup kita.


K.P.R (Konten, Pola dan Relasi)

Kaitkan temuan-temuan kita dengan rumus sederhana K.P.R (Konten, Pola dan Relasi) uraikan apa saja yang menjadi temuan kita dalam mengidentifikasi kebuntuan yang terjadi. K.P.R dapat menjadi tools untuk menguraikan sebuah masalah komplek dari percakapan krusial.

Setelah menjawab tiga pertanyaan start with heart, selaraskan dengan (K)onten yaitu apa wujud tunggal dari masalah tersebut. Jika masalahnya berupa tindakan-tindakan itu sendiri atau dampak langsung, maka dipastikan bahwa percakapan krusial yang tengah terjadi adalah masalah konten atau isi dari percakapan itu sendiri.

Perhatikan apakah (P)ola berulangnya suatu masalah ini sering terjadi, jarang, terkadang atau hanya sesekali. Ini dapat kita analisa dengan berjalannya waktu. Kita juga perlu memperhatikan bagaimana permasalahan percakapan krusial ini mempengaruhi (R)elasi dalam hubungan kerja kita. Itu sebabnya dalam mengidentifikasi kebuntuan, unsur memperhatikan keberlanjutan dari suatu hubungan pun penting.

Terkadang kita takut atau menghindari percakapan krusial karena akan mengurangi kepercayaan, atau kompetensi kita justru dipertanyakan yang akhirnya kita merasa berada dalam posisi yang dilema. Yang terbaik di pilihan dialog yang bodoh adalah menolak dengan mendirikan pilihan baru dan bertahan dengan alibi diam atau menyerang. Tetapi dengan skills mengatasi percakapan krusial, kita justru keluar dengan tujuan "kita," mendapatkan cara kami, cara bersama, bukan dengan manipulasi.

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...