FREE $25

Monday, January 7, 2013

MENGHINDARI WORKAHOLIC

Hidup adalah tentang keseimbangan. Dua jenis aktivitas yang paling menyita waktu kita adalah tidur dan bekerja. Keduanya nyaris seimbang dalam mengkonsumsi waktu. Itu sebabnya jika terlalu banyak tidur akan lebih sedikit bekerja dan jika terlalu banyak bekerja akan terlalu sedikit beristirahat.

Tidak mudah mencapai kondisi seimbang yang ideal, namun demikian memahami arti keseimbangan dan bagaimana keduanya sama-sama penting dapat membantu kita terhindar dari sebuah jebakan pekerjaan yang seolah produktif tapi jika keterusan bisa menjadi kontraproduktif.

Produktivitas ternyata bukan semata-mata tentang kuantitas melainkan juga kualitas. Elemen “efektifitas” yang berhubungan dengan faktor output di dalam rumus produktivitas ternyata lebih banyak karakteristik kualitatifnya. Maka, seseorang yang workaholic (kecanduan kerja) cenderung lebih mengutamakan kuantitas dan cenderung melupakan kualitas. Ketidakseimbangan kemungkinan besar terjadi dan kontraproduktif dikhawatirkan muncul. Workaholic tidak sama dengan bekerja keras sebab workaholic dapat berdampak pada stres dan pergeseran kepribadian dalam cara yang kontraproduktif.

Seseorang yang meyakini Tuhan pasti memahami bahwa apapun yang ia kerjakan selama hidup adalah bentuk-bentuk ibadah dan petunjuk agama sudah mencakup berbagai keseimbangan aktivitas dengan teknis dan detil. Mengikuti ajaran agama akan menghindarkan seseorang dari perilaku workaholic atau kebalikannya yaitu malas dan berleha-leha.

Berikut ini tips yang bisa membantu produktivitas dengan menghindari pola perilaku workaholic.

1. Tetapkan waktu kerja atau ikuti waktu kerja yang telah ditetapkan.

2. Bekerja keras bukan tentang kebanggaan melainkan tentang memproduksi hasil dan manfaat.

3. Pelajari dan kuasai teknik dan seni “menunda“.

4. Pelajari dan kuasai teknik dan seni “di sini dan sekarang“. Nikmati apapun yang sedang dikerjakan dalam konteks “di sini dan sekarang”. Sedang makan siang tidak perlu memikirkan pekerjaan dan sedang bekerja tidak perlu memikirkan yang bukan pekerjaan.

5. Hindari mengejar kesempurnaan. Kelemahan terbesar kesempurnaan adalah ketidakmungkinannya untuk dicapai. Lakukan saja yang terbaik dengan target yang realistis (S.M.A.R.T).

6. Cintailah (juga) selain pekerjaan. Ada keluarga, ada teman, ada hiburan, ada ibadah, dan ingatlah semuanya adalah bentuk-bentuk ibadah.

7. Berorientasilah pada konsistensi ketimbang volume. Apa yang dilakukan konsisten lebih bertahan lama dan lebih berdampak. Orang zaman dahulu memberi nasihat, “jika kamu bukan orang yang luar biasa, hanya ketelatenan yang bisa engkau andalkan”. Volume yang terlalu besar dapat meluap tersia-sia atau meledak menjadi hentakan-hentakan yang tidak produktif. Setiap orang punya batasan dan segala sesuatu ada limitnya.

8. Jangan bawa pekerjaan ke tempat tidur. Jika mungkin jangan bawa pekerjaan ke rumah kecuali memang bekerja di rumah.

9. Jangan bawa pekerjaan ke tempat hiburan atau ke tempat liburan. Biasakan mematikan gadget ketika perlu dimatikan dan patuhi seperti mematuhi mematikan gadget ketika meeting, ketika naik pesawat, atau ketika sholat Jumat.

10. Bicarakan pekerjaan atau berbicara tentang pekerjaan hanya pada waktu dan tempatnya.

11. Hindari bekerja lebih dari 40 jam seminggu.

12. Di dunia ini bukan hanya Anda yang perlu bertanggungjawab. Otorisasikan dan limpahkan pekerjaan yang mungkin diotorisasikan atau dilimpahkan. Setiap kita memang bertanggungjawab 100%, tapi tentang hidup dan bukan hanya tentang pekerjaan.

13. Waspadai jika Anda mulai memikirkan mentransformasi hobi menjadi sumber uang. Pisahkan keduanya, kecuali jika Anda memang menyukai fenomena “melakukan hobi dan dibayar”.

14. Ikuti ajakan keluarga, istri, suami, atau anak-anak. Jika mereka tidak melakukannya karena “memaklumi” kerja keras Anda, mulailah dorong mereka untuk menuntut.

15. Sumber pendapatan ganda lebih baik daripada pekerjaan ganda. Lakukan pekerjaan ganda hanya jika ingin belajar.

16. Waspadai kecenderungan terlalu mengkhawatirkan pekerjaan. Kekhawatiran itu pasti menular kepada kolega dan anak buah, dan bahkan keluarga.

17. Lakukan yang baik dan bukan yang enak.

18. Berkompetisilah dengan sehat.

19. Jika Anda mengkhawatirkan PHK, teruslah belajar dan berlatih sehingga siap untuk situasi kerja yang bagaimanapun dan untuk bekerja di manapun dan dalam bidang apapun. Apa yang perlu dilatih dan dipelajari bukan “cara mengerjakan x atau y” tapi cara kerja pekerjaan, cara uang bekerja, cara pasar tenaga kerja bekerja, dan cara mempertahankan hidup.

20. Sadarilah bahwa uang yang lebih banyak tidak selalu identik dengan kebahagiaan yang lebih besar atau lebih banyak persoalan yang bisa diselesaikan. Salah-salah malah sebaliknya.

21. Jepang adalah negara yang paling workaholic di mana hanya 33% dari para pekerjanya mengambil cuti tahunan. Sampai-sampai, pemerintahnya memperbanyak jumlah hari libur karena tingkat bunuh diri di negeri itu termasuk yang paling tinggi. Meksiko adalah negeri yang paling tidak workaholic di mana 67% warganya tetap mengambil cuti dan mungkin ini dipengaurhi juga oleh kebiasaan “siesta” karena kondisi iklim dan cuaca. Brasil dan India ada di tengah-tengah. Brasil termasuk yang tinggi tingkat hutang luar negerinya (beberapa tingkat lebih tinggi dari hutang luar negeri Indonesia), sementara warga India mulai “menguasai” dunia khususnya di dalam bidang teknologi dan informasi.

Kesimpulan kasarnya adalah, ada sesuatu di dalam dunia kerja yang bukan uang yang sangat berpengaruh pada kualitas kehidupan, yaitu mindset produktivitas yang tidak hanya tentang efektifitas output melainkan juga efisiensi input.

Hal terburuk yang dapat terjadi pada produktivitas adalah efektifitas yang tidak efisien dan efisiensi yang tidak efektif. Korupsi adalah contoh yang paling jelas.

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...