Produktivitas adalah tentang
kebiasaan.
Kebiasaan menunda
biasanya tidak produktif.
Namun demikian, karena penundaan
terkait dengan waktu, maka
penundaan sering tidak bisa dihindari. Penundaan adalah karakteristik dari waktu itu
sendiri sebab waktu
diciptakan untuk memisahkan akibat dari sebab. Waktu
diciptakan untuk menunda hasil dan akibat setelah pekerjaan produktif dan sebab
dilakukan.
Menunda itu ada dua, yaitu menunda
“memulai” dan menunda “menyelesaikan”. Pelajarilah “seni menunda” agar penundaan
yang kita lakukan tetap produktif.
1.
Usahakan sesedikit mungkin menunda pekerjaan penting.
Tundalah yang tidak penting. Tundalah yang penting hanya jika ada sesuatu yang
genting.
2.
Jika memang harus menunda, maka tundalah hasil atau akibat dan bukan pekerjaan
atau sebab. Hasil dan akibat akan datang sendiri pada waktunya selama pekerjaan
dan sebab sudah tuntas dilakukan. Mengkhawatirkan hasil atau akibat adalah
penyia-nyiaan sumber daya.
3.
Salah satu yang dianjurkan untuk ditunda adalah “sahur”. Sahur dianjurkan untuk
dilakukan sedekat mungkin dengan waktu imsak.
Tujuannya, agar setelah sahur tidak tercipta waktu kosong
sehingga langsung dilanjutkan dengan sholat subuh. Ini sesuai dengan “Fa-idzaa
faraghta fanshab” (Maka apabila kamu telah selesai dari sesuatu urusan,
kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain). Ini juga sesuai dengan
anjuran “next action” dari
David Allen (Getting Things
Done). Tundalah pekerjaan maksimum ke batas akhir dari porsi
waktu yang disediakan untuk pekerjaan itu dan bukan ke wilayah waktu yang
disediakan bagi pekerjaan lanjutan dari pekerjaan yang ditunda itu. Ingatlah
selalu bahwa penundaan jenis ini (selain sahur) dikategorikan sebagai
“makruh”.
4.
Kita dimungkinkan untuk menunda ibadah sampai batas waktu tertentu. Namun
demikian, ingatlah bahwa ibadah terkait dengan deadline
hidup yang tidak bisa kita tentukan. Artinya, ibadah itu
“urgent” dan bukan sekedar “penting”. Lebih dari itu, ibadah terkait dengan
kekuatan terbesar dari sumber daya produktif kita yaitu keyakinan.
5.
Kuasailah “seni tidak memulai” dan “seni tidak
menyelesaikan”.
-
Jangan memulai (atau hentikan) membaca,
melihat, mendengar,
menonton segala hal yang tidak produktif dan tidak memberdayakan terutama berita
dan hiburan, kecuali itu berhubungan dengan hidup, kepentingan, dan pekerjaan
kita. Dalam hal inipun, lebih baik melakukan sesuatu tentang itu ketimbang hanya
menjadi pengamat, penonton, atau komentator.
-
Jangan menonton film yang sudah pernah ditonton. Bagaimanapun film adalah tetap
hiburan. Jika sebuah film telah cukup menginspirasi kita, pada dasarnya itu
sudah cukup dan bahkan mungkin tidak perlu
diselesaikan.
-
Jika memang ingin mendengarkan musik atau sebuah lagu, tidak perlu
mendengarkannya sampai selesai. Musik atau lagu biasanya didengarkan untuk
mensetting mood atau mengatur “tone of the day”. Ada cara yang lebih baik daripada mendengarkan
musik atau lagu yaitu beribadah atau bermeditasi. Salah satu dampak tidak
produktif dari mendengarkan musik dan lagu adalah terciptanya “internal media
player” yang secara otomatis memutar musik dan lagu terus-menerus di dalam
kepala. Ini bisa berlangsung berhari-hari. Akibatnya, RAM (Random Access Memory
alias memori kerja) dari komputer (baca: otak) kita terisi penuh oleh syair lagu
dan nada musik yang belum tentu produktif. Tanpa sadar kita telah menciptakan
“mind bug” atau “mind virus” kita sendiri.
-
Terkait dengan tontonan dan hiburan di atas, jika memang diperlukan maka lebih
baik jika kita memasukkan keduanya ke dalam elemen sumber daya produktivitas
kita yaitu “istirahat yang cukup”, sebab energi
produktif memang perlu selalu diperbaharui dan hiburan memang cukup membantu.
-
Tegakkanlah “aturan dua menit“. Jika
sesuatu termasuk penting dan bisa dikerjakan dalam waktu dua menit atau kurang
maka lakukanlah sekarang. Kita bisa menetapkan aturan yang lebih ketat misalnya
“aturan 10 detik”. Saat kita bergerak dari satu posisi ke posisi lain kita bisa
melakukan ini. Misalnya, kita melihat gelas kita yang kosong di atas meja, kita
tidak menggunakannya lagi, dan kita tahu bahwa kita akan bergerak melewati
bagian pantry. Sambil bergerak, sambarlah gelas itu dan mampirlah ke
pantry.
0 comments:
Post a Comment