Pernahkah kita dipimpin oleh seseorang? Bagaimana
rasanya saat kita dipimpin olehnya? Apakah menyenangkan? Apakah kepemimpinannya
mampu mengakomodir semua kebutuhan kita? Yup, rasanya seperti itu lah
pertanyaan umum yang sering dilontarkan orang terkait kepemimpinan seseorang.
Menjadi
pemimpin itu mudah, tapi itu bagi mereka yang terbiasa. Hal ini akan menjadi
rumit ketika dihadapkan pada seseorang yang tidak mengenal bagaimana cara
kepemimpinan yang baik. Memimpin bukan hanya terletak pada sebuah seni,
melainkan ada juga dasar keilmuan yang menyertainya.
Beberapa
faktor yang perlu kita cermati dalam mengenal gaya kepemimpinan antara lain sebagai
berikut ;
Kepedulian
seorang pemimpin.
Orang
yang kita pimpin tidak akan mempedulikan apa yang kita ketahui sebelum kita
mengetahui apa saja yang kita pedulikan dari orang yang kita pimpin. Memimpin
bukan berarti kita dengan seenaknya menyuruh orang lain untuk melakukan sesuatu
hal. Orang akan mau untuk kita pimpin apabila kita juga mengerti tentang apa
yang mereka butuhkan. Sehingga, mereka akan yakin jika kita mampu dan mau untuk
memenuhi semua kebutuhan mereka. Kita tidak hanya berkumpul dan masuk ke ranah
mereka, tapi kita juga harus bisa meyakinkan mereka jika kita juga merupakan
bagian dari mereka.
Kerendahan
hati seorang pemimpin.
Pemimpin
yang baik tidak akan memimpin karena ego. Jadi, kita sebagai pemimpin harus
dapat bersikap rendah hati dan tidak memandang rendah orang yang kita pimpin.
Orang yang memimpin dengan ego akan memerintah dengan penuh amarah, emosional,
dan menciptakan suasana yang serba ketakutan. Memang saat dia memimpin akan ada
banyak yang menaatinya, tapi setelah masa kepemimpinannya selesai maka tidak
akan ada lagi orang yang bersedia untuk mengikutinya. Dengan kata lain,
pengaruhnya terhadap orang yang sebelumnya pernah dipimpin akan lenyap. Karena
itu, bagi kita sebagai pemimpin jadi lah pemimpin yang menjadi pemimpin karena
dipercaya untuk memimpin, bukan semata karena usaha keras kita untuk bisa
mendapatkan gelar sebagai seorang pemimpin. Kita tidak boleh menempatkan diri
sebagai orang yang terbaik semata, tapi kita harus menempatkan diri sebagai
orang yang lebih bersedia memimpin daripada orang lain dan bersedia melakukan
segala hal yang dipercayakan oleh mereka.
Memimpin
dengan sederhana, jelas, dan langsung.
Bagaimana
mungkin seseorang akan menjalankan perintah yang ngawur, ruwet, dan
membingungkan? Karena itu, kita harus membuat sebuah penyederhanaan. Perintah
kita harus sederhana untuk menghindari kerumitan berpikir dan bertindak, jelas
agar mudah dipahami maksudnya, dan mengarah langsung pada fokus tujuan yang
ingin dicapai. Kita sebagai pemimpin juga tidak boleh terlalu kaku ataupun
bimbang dalam mengkoordinir pengikut kita. Yang dibutuhkan di sini adalah gaya
yang fleksibel, artinya keputusan kita pun dapat berubah seiring dengan desakan
kebutuhan dari orang yang kita pimpin. Akan tetapi, kita juga harus tetap memelihara
jika perubahan ini tetap dalam ranah yang logis dan masuk akal.
Sikap
menghormati kawan maupun lawan.
Seorang
pemimpin yang baik adalah pemimpin yang tidak pernah meremehkan orang lain.
Jika kita sebagai pemimpin terbiasa untuk meremehkan kinerja orang lain, maka
itu artinya kita sama saja tidak menunjukan kalau diri kita hebat dan penting,
tapi menunjukan betapa kerdilnya diri kita sendiri. Kita harus bersikap hormat
dan menghargai orang lain, karena dengan begitu kita akan memiliki kharisma
yang luar biasa di mata orang lain. Kita tidak membuat kawan maupun lawan takut
kepada kita, tapi membuatnya segan kepada kita. Pemimpin yang besar itu tidak
pernah mengemis untuk mendapatkan kepercayaan dari orang yang dipimpinnya,
tetapi berusaha bagaimana untuk menunjukan kepada mereka cara mempercayai diri
mereka sendiri.
Tidak
memimpin dengan ambisius.
Memimpin
secara ambisius erat kaitannya dengan emosional dan berujung pada kepentingan
pribadi. Kita sebagai pemimpin seharusnya bisa untuk bersikap membedakan kepentingan
pribadi dan kelompok. Jangan pernah mencampur adukan di antara keduanya.
Pemimpin yang ambisius bisa saja mendapat kepercayaan, tapi tidak akan mungkin
mendapatkan pengikut! Kalau sudah tidak ada lagi yang mau mengikuti kita, lalu
siapa yang kita pimpin?
Memimpin
dengan emosi yang stabil.
Emosi
tidak berarti selalu dikaitkan dengan hal yang buruk. Emosi merupakan gejolak
sebagai indikator terhadap apa yang sedang kita rasakan. Emosi merupakan alat
yang memberitahu kita apa yang seharusnya kita lakukan sebagai tindak lanjut
atas apa yang kita rasakan. Memiliki emosi yang kurang stabil itu tidak baik,
apalagi jika digunakan untuk memimpin seseorang. Jangan pernah meneriakan
sebuah hal di depan umum, karena hal tersebut dapat mengurangi wibawa kita sebagai
pemimpin. Hal yang demikian akan memberikan pandangan orang yang kita pimpin
jika kita adalah orang yang kurang pintar menguasai diri. Jika sudah demikian,
saat kita sudah dicap tidak lagi mampu menguasai diri sendiri, bagaimana
mungkin kita bisa menguasai orang lain? Lalu akibatnya? Tidak akan ada lagi
yang mau mengikuti kita.
Pentingnya
partisipasi orang yang kita pimpin.
Kita
sebagai pemimpin ada untuk merealisasikan kebutuhan dari mereka yang kita
pimpin. Sebagai manusia biasa, kita hanya akan tahu apa yang sebenarnya mereka
butuhkan saat mereka mau menyampaikan apa yang sebenarnya mereka butuhkan dan
harapkan dari kepemimpinan kita. Aturlah partisipasi aktif dari mereka dalam
mempengaruhi kepemimpinan kita. Akan tetapi, partisipasi ini muncul saat kita
benar-benar tidak mengetahui apa yang sebenarnya mereka butuhkan. Kita juga
harus pandai mengatur frekuensi peran aktif orang yang kita pimpin agar tidak
terlalu berlebihan maupun tidak terlalu kurang. Tetap jaga stabilisasi agar
kepemimpinan kita tidak terlalu demokrasi yang berlebihan atau diktator yang
berlebihan.
Dengan
menjadi pemimpin yang baik akan membawa kita pada keberhasilan tujuan dari apa
yang selama ini kita semua harapkan. Semua kebutuhan akan terakomodir, masalah
dapat diminimalisasi, dan tujuan yang jelas dapat dicapai. Memimpinlah dengan
pikiran dan hati sanubari. Dengan begitu, keberhasilan memimpin akan selalu ada
di tangan kita semua.
0 comments:
Post a Comment