Setiap hasil memerlukan ruang untuk
ditempatkan. Hasil fisik menuntut ruang fisik. Hasil mental menuntut ruang
mental. Setiap hasil adalah akibat dari sebab. Waktu
diciptakan untuk memisahkan sebab dan akibat.
Pembatasan waktu dengan
deadline adalah menciptakan kesatuan ruang dan waktu sebagai
arena untuk menciptakan sebab-sebab. Kesatuan ruang-waktu itu
tidak diciptakan sebagai penjara melainkan arena
bermain.
Setiap kehidupan
akan menemui ajalnya. Jadwalnya tak akan pernah diketahui. Ketidaktahuan tentang
hal ini memicu produktivitas bagi yang memiliki keyakinan
tentang kehidupan setelah ajal.
Mengerti dan tahu pasti deadline
dari sebuah penugasan profesional
adalah keistimewaan yang merupakan sumber daya sehingga perlu
dimanfaatkan dan bukan justru membuat terlena di dalam kealpaan atau kecemasan.
Parkinson’s Law menciptakan kealpaan dan Hawthorne Effect dapat berdampak pada
kecemasan yang berlebihan.
Deadline bukan hantu, deadline
adalah bidadari yang menemani pekerjaan. Ia adalah teman bekerja yang
menyenangkan dan sekaligus pengawas yang tegas. Resep terbaik bermain dengan
bidadari itu di dalam kesatuan ruang dan waktu adalah
dengan tetap berfokus
melakukan yang terbaik “di sini” dan “sekarang”.
Dealine bukan cuma tentang waktu,
deadline adalah ruang di mana pekerjaan produktif
ditempatkan. Ruang itu tak pantas dibiarkan kosong atau terisi oleh kekhawatiran
yang tidak produktif.
Note:
Parkinson’s
Law:
Kecenderungan untuk mengepaskan durasi pekerjaan
sesuai dengan deadline, sekalipun sebenarnya pekerjaan itu bisa diselesaikan
lebih cepat.
Hawthorne
Effect:
Kecenderungan untuk bekerja lebih produktif selama
merasa diawasi, yang jika salah dimaknai justru menciptakan
kecemasan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment