Alkisah, di tengah samudra
yang luas, saat air laut pasang, tampak ombak besar bergulung-gulung dengan
gemuruh suaranya yang menggelegar, seakan ingin menyatakan keberadaan dirinya
yang besar dan gagah perkasa.
Sementara itu, jauh di belakang
gelombang ombak besar, terdengar gemericik suara ombak kecil bersusah payah
mengikuti jejak si ombak besar. Tertatih-tatih, mengekor hempasan ombak besar.
Si ombak kecil merasa dirinya begitu kecil, lemah, tidak berdaya, dan tersisih
di belakang. Sungguh, terasa menyakitkan.
Dengan suaranya yang lemah, kurang
percaya diri, ombak kecil bertanya kepada ombak besar. Maka sayup-sayup,
terdengar serangkaian percakapan di antara mereka.
“Hai ombak besar…! Aku ingin
bertanya kepadamu…!! Mengapa engkau begitu besar, begitu kuat, dan gagah
perkasa? Sementara lihatlah diriku… begitu kecil, lemah, dan tidak berdaya. Aku
ingin seperti kamu!”
Ombak besar pun menjawab,
“Sahabatku, kamu mengganggap dirimu kecil dan tidak berdaya. Sebaliknya, kamu
mengganggap aku begitu hebat dan luar biasa. Anggapanmu itu muncul karena kamu
belum sadar dan belum mengerti jati dirimu yang
sebenarnya!”
“Jati diri? Kalau jati diriku bukan
ombak kecil, lalu apa…?” timpal ombak kecil.
Ombak besar meneruskan, “Memang di
antara kita terasa berbeda, tetapi sebenarnya jati diri kita adalah sama! Kamu
bukan ombak kecil, aku pun juga bukan ombak besar. Ombak kecil dan ombak besar
adalah sifat kita yang sementara. Jati diri kita yang sejati adalah air. Bila
kamu bisa menyadari bahwa kita sama-sama air, maka kamu tidak akan menderita
lagi. Kamu adalah air, setiap waktu kamu bisa menikmati menjadi ombak besar
seperti aku: kuat, gagah, dan perkasa.”
Sebagai manusia, sering kali kita
terjebak dalam kebimbangan akibat situasi sulit yang kita hadapi. Yang
sesungguhnya, itu hanyalah pernak-pernik atau tahapan dalam perjalanan
kehidupan. Seringkali kita memvonis (keadaan itu) sebagai suratan takdir, lalu
muncullah mitos: “Aku tidak beruntung”, “Nasibku jelek”, “Aku orang gagal”.
Bahkan ada yang menganggap kondisi tersebut sebagai bentuk ketidakadilan
Tuhan!
Dengan memahami bahwa jati diri kita
adalah sama-sama manusia, tidak ada alasan untuk merasa kecil dan kerdil
dibandingkan dengan orang lain. Karena sesungguhnya, kesuksesan, kesejahteraan,
dan kebahagiaan bukan monopoli orang-orang tertentu. Jika orang lain bisa
sukses, kita pun juga bisa sukses!
Kesadaran tentang jati diri, bila
telah ditemukan, maka di dalam diri kita akan timbul daya dorong dan semangat
hidup yang penuh gairah; sedahsyat ombak besar di samudra nan luas, siap
menghadapi setiap tantangan dan mengembangkan potensi terbaik demi menapaki
puncak tangga kesuksesan.
0 comments:
Post a Comment