Sejak kecil kita sudah
diajarkan dan didorong untuk menjadi ‘pemenang’, berjuang dengan tangguh
mengalahkan segala halang rintang. Motivasi digenjot sedemikian rupa supaya kita
menjadi pribadi yang melejit dan penuh kesuksesan dalam karir. Dari sedemikian
banyak motivasi pembangkit semangat supaya kita sampai pada puncak karir, entah
apapun bidangnya, mau artis, politikus, pengusaha, pemimpin, pejabat, atau da’i
sekalipun, saya sedikit ingin “belajar mengulas” tentang satu
filosofi.
Mengenai
bagian pohon yang lainnya mulai dari akar atau proses tumbuhnya, kita anggap itu
sebagai gambaran kita dalam meniti sebuah karir, step by step,
setahap demi setahap seperti yang nampak pada pohon
kelapa, sampai akhirnya menjulanglah karir kita ibarat tingginya pohon kelapa.
Pepatah mengatakan “semakin tinggi prestasi kita, maka semakin
kuat goncangannya”, persis semakin tinggi pohon kelapa
maka semakin kuat goncangan dari angin yang
dirasakan.
Begitu kita
sampai dipuncak, kita bukan hanya akan dihadapkan pada hembusan cobaan atau
goncangan, tapi kita juga akan diperlakukan seperti layaknya buah kelapa,
berikut gambaran sederhananya :
Dijatuhkan
Cara orang
memetik buah kelapa berbeda dengan memetik buah-buah lainnya, dipelintir lalu
dijatuhkan.
Begitu kita
sampai pada puncak karir atau mungkin sedang tinggi-tingginya prestasi kita,
maka bersiap-siaplah untuk dijatuhkan. Ini bukan saya yang mengancam akan
menjatuhkan, tapi sebuah hukum alam, hukum alam yang jangan sampai membuat
sobat-sobat kaget saat menghadapinya dan bersiaplah untuk menhadapi kemungkinan
yang seperti itu.
Ditusuk
Untuk
mengupas buah kelapa, cara pertama dengan menusuknya terlebih dahulu supaya
sabut dalamnya terbuka.
Filosofinya
bukan hanya berarti kita akan ditusuk oleh senjata tajam begitu dipuncak karir
(meskipun itu tidak menutup kemungkinan), bisa juga yang ditusuk adalah mental
dan kepribadian kita. Masih mending kalau yang menusuk tersebut orang atau pihak
yang selama ini menjadi kompetitor, tapi kalau kawan sendiri jelas itu sangat
menyakitkan. Apakah kita harus siap juga ?.
Ya, kita harus sangat siap dan itu bagian dari resiko
dari apa yang telah kita capai.
Dijambak
Habis
ditusuk, maka serabut buah kelapa yang terbuka tadi dijambak dan
ditarik.
Bukan tidak
mungkin ini juga akan dialami oleh kita saat berada dipuncak, ini bisa
diibaratkan “penggusuran” secara paksa posisi yang kita duduki atau mungkin
peran yang sedang kita lakoni.
Dikupas
Batoknya
Begitu semua
serabut terlepas dari lapisan batok kelapa, maka tahapan selanjutnya adalah
mengupas batoknya, biasanya menggunakan kapak kecil.
Hikmahnya,
bukan tidak mungkin akan selalu ada yang tidak suka dengan kita dan berusaha
menjatuhkan kita, baik mental maupun kedudukan. Yaitu dengan cara membongkar
tentang semua aib dan kekurangan kita. Setiap keburukan kita yang sudah terjadi
diekspos secara habis-habisan kepada khalayak ramai, dan yang belum terjadipun
kita dijebak supaya melakukan kesalahan. Semakin kejam bukan
?
Dibelah dan
Diparut
Begitu semua
lapisan batok terkupas, maka selanjutnya daging kelapa dibelah dan diparut.
Ibaratnya,
diri kita ini sudah habis “ditelanjangi” oleh orang yang tidak suka kepada kita.
Semua aib kita diketahui oleh banyak orang, semua kesalahan kita sekecil apapun
terus dibesar-besarkan. Yang tidak suka kepada kita tersebut belum tentu puas
untuk “menghajar” kita, maka cara selanjutnya adalah menyebarkan kebencian dan
fitnah supaya kita tidak punya lagi kawan, tidak ada lagi yang simpatik, dengan
lingkungan dan keluargapun sebisa mungkin kita dibuat tercerai-berai. Sadis, ya
memang kadang seperti itulah proses hidup, akan selalu ada konsekuensi atas apa
yang kita perbuat.
Diperas
Parutan sudah
terkumpul, selanjutnya tinggal diperas.
Setelah kita
tidak punya lagi apa-apa, harga diri dirusak, dan keluargapun tercerai berai,
atau diibaratkan diri kita ini sudah dibuat hancur, tapi “keadaan” masih menguji
kita sobat, yaitu membuat kita tak berdaya, kalau perlu sampai dijemput malaikat
maut.
Tapi
yakinlah, selama kita benar dan tidak bersalah tentunya kita tidak perlu
khawatir. Setelah diperas sampai kering sekalipun maka yang akan keluar dari
parutan kelapa tadi adalah sari patinya (santan). Artinya apa ?,
artinya pada akhirnya kebenaran akan muncul, mana yang
benar dan mana yang salah akan kontras.
0 comments:
Post a Comment