Di sebuah kota kecil, ada seorang gadis remaja yg sangat berbakat dalam menari
balet. Berbagai piala & medali telah dimenangkannya di usianya yg masih
belia. Ia bermimpi untuk menjadi seorang ballerina yg profesional, tapi belum
ada kesempatan untuk menunjukkan bakat & talentanya.
Suatu
hari, tersiar kabar bahwa seorang pelatih balet terkenal akan menagadakan
pertunjukan balet di kotanya. Si gadis kecil begitu antusias untuk menyaksikan
pertunjukan tersebut. Ia meminta ibunya untuk menemaninya melihat pertunjukan
itu, karena ia berencana untuk menemui pelatih balet yg terkenal itu bila ada
kesempatan.
Setelah
pertunjukan selesai, ia menunggu untuk bertemu dengan si pelatih balet, tapi ia
amat sangat sibuk sehingga gadis kecil itu hampir berputus asa. Ketika
orang-orang sudah meninggalkan tempat pertunjukan tersebut, ia sendiri masih
tetap duduk di tempatnya, dan ternyata ia melihat pelatih itu sedang berada di panggung
karena ada properti yg tertinggal. Gadis itu berpikir betapa beruntungnya dia
dan si gadis kecil tidak menyia-nyiakan kesempatan emas itu. Ia menghampiri
pelatih itu dan berkata, “Pak, maaf saya mengganggu. bolehkah sya meminta waktu
bapak untuk menunjukkan kemampuan saya, aya ingin sekali bapak melihat tarian
balet saya”. Awalnya si pelatih enggan memenuhi permintaan si gadis karena ia
amat sibuk, tapi melihat kesungguhan gadis kecil itu ia akhirnya
mengiyakan. “Baiklah, saya akan beri kamu waktu 10 menit”, “baik, terima
kasih pak”, seru gadis kecil itu dengan semangat.
Setelah
itu, gadis itu naik ke panggung dan pelatih itu duduk di bangku penonton untuk
melihat kemampuan gadis kecil itu. Si gadis kecil begitu bersemangat, ia menari
dengan begitu indahnya sambil melihat si pelatih dengan harapan karirnya
dilambungkan olehnya. Di menit pertama pelatih itu hanya terdiam. Menit kedua
pelatih itu mulai tersenyum. Di menit ketiga ia memperhatikan gadis itu dengan
sungguh-sungguh sehingga gadis itu menjadi tambah bersemangat dalam menari.
Menit keempat,pelatih itu benar-benar memperhatikan dengan sungguh-sungguh.
Tapi di menit kelima dia terdiam dan semenit setelah itu tiba-tiba ia bangkit
dari kursinya dan meninggalkan tempat itu dan tidak kembali lagi.
Sewaktu
melihat pelatih itu pergi begitu saja, si gadis kecil merasa amat sedih. Ia
merasa mungkin pelatih itu berpikir ia tidak memiliki bakat yg membuatnya bisa
menjadi ballerina terkenal, mungkin ia hanya “sekedar” menonton tarian balet
amatir yg jelek dan ia sudah membuang-buang waktu untuk menontonnya. Ia
bersembunyi di dalam toilet sambil menangis tersedu-sedu karena apa yg
diharapkannya telah hilang begitu saja. Ia pulang ke rumahnya, ia buang semua
piala & medali yg dimenangkannya, ia gunting semua baju dan sepatu
baletnya, ia hancurkan semuanya dan ia buang “MIMPI” nya jauh-jauh dari
kehidupannya.
Beberapa
tahun kemudian, gadis itu berubah menjadi seorang wanita dewasa. Ia hanya
bekerja sebagai seorang pelayan di sebuah restoran kecil di kota itu. Ia
menikah dan mempunyai dua orang anak perempuan yg entah mengapa sangat menyukai
balet. Walaupun ia membenci balet sejak kejadian itu, ia tidak melarang anaknya
untuk belajar balet. Sebab pikirnya, yang penting anaknya bahagia dengan apa yg
dilakukannya.
Suatu
hari anaknya mengajaknya untuk melihat pertunjukkan balet, karena pertunjukan
dipromotori oleh seorang pelatih balet profesional yg sudah mendunia. Awalnya
ia tidak mau menonton pertunjukan balet itu tapi demi anaknya akhirnya ia
menemani mereka. Sewaktu ia melihat pamflet pertunjukan balet tersebut, betapa
kagetnya dia karena ketika ia melihat nama promotornya, ia melihat nama
sesorang yg telah membuatnya membuang semua mimpinya beberapa tahun silam. Pria
itu kini datang lagi ke kota itu, dan ketika pertunjukan selesai anak-anaknya
memintanya untuk memfoto mereka bersama pria itu. Betapa marahnya wanita itu
sehingga ia ingin melempar kamera ditangannya ke wajah pelatih balet yg sangat
terkenal itu.
Ketika
anaknya selesai berfoto, ia meminta anak-anaknya untuk keluar sebentar karena
ia ingin berbicara empat mata dengan pelatih tersebut. “Pak,apakah anda
mengenal saya?”, tanya wanita itu. “Tidak, aku tidak mengenalmu. siapa
kamu?”, jawab si pelatih balet. Dengan sedih bercampur marah,wanita itu bercerita
tentang kejadian bertahun-tahun silam.
“Pak, 20 tahun yg lalu anda melakukan pertunjukan di tempat ini. dan ketika pertunjukan selesai saya memberanikan diri saya untuk menemui anda. Dan anda berkata akan memberikan waktu 10 menit kepada saya untuk menunjukkan kemampuan saya. Di menit pertama anda hanya terdiam melihat saya, dan saya ingin membuat anda terkesima dengan kemampuan saya. di menit kedua anda mulai tersenyum, menit ketiga anda mulai memperhatikan saya dan membuat saya semakin bersemangat dalam menari. tapi di menit keenam, anda tiba-tiba keluar dari tempat pertunjukan dan tidak kembali lagi. dan semenjak itu saya memutuskan untuk berhenti menari balet.” kata wanita itu dengan tersedu-sedu.
Ketika
mendengar cerita wanita itu, terkejutlah dia dan berkata,“Ya,saya ingat kamu.
Apakah kamu tahu, ketika kamu meminta waktu saya untuk melihat kamu menari
balet awalnya saya merasa enggan, tapi melihat kesungguhan kamu, saya bersedia
memberikan waktu saya. Di menit pertama saya berpikir kamu hanya penari balet
biasa, tapi di menit kedua saya tahu kamu memiliki potensi yg luar biasa. Di
menit ketiga saya sadar bahwa ada seorang Gadis kecil yg benar-benar berbakat
di kota ini,d an di menit-menit berikutnya saya benar-benar menikmati
pertunjukan luar biasa dari seorang ballerina dan saya berpikir untuk
mengorbitkannya sebagai ballerina profesional. Saya ingin memberikan kamu
beasiswa untuk belajar balet di amerika dan menjadi ballerina profesional, tapi
saya sadar bahwa formulir itu ada di mobil saya, karena itulah saya keluar dari
tempat pertunjukan itu. saya ingin mengambil formulir itu di mobil saya, tapi
karena banyaknya kertas yg bertumpuk-tumpuk membuat saya harus mencari-cari
formulir itu untuk diberikan pada seorang gadis kecil yg amat sangat berbakat
yg sedang menari di panggung pertunjukan di dalam. Sekitar 3 menit saya
habiskan untuk mencari formulir itu, dan ketika saya kembali saya sudah tidak
melihat gadis kecil yg menari dengan indah itu.B ertahun-tahun saya mencari
gadis yg sangat berbakat itu tapi tak ada seorangpun yg tahu. Sayang sekali
saya belum bertanya siapa namanya dan ketika saya melihat sanggar-sanggar
ballet di kota ini saya tidak menemukan gadis itu dan saya menyerah.”
Mendengar
kata-kata pelatih ballet itu, si wanita hanya terdiam dan menangis dengan amat
sangat. Karena ia tahu, seandainya saja ia terus menari tanpa peduli bahwa
pelatih itu pergi meninggalkan dia, karena ia berkata bahwa ia akan memberikan
waktu 10 menit kepadanya, bukan 6 menit, ia pasti kembali lagi dan saat ini ia
pasti sudah menjadi Ballerina yg terkenal. Dan yg tersisa hanyalah sebuah
penyesalan.
Sobat,dalam
hidup ni kita pasti juga sering mengalami apa yg dialami wanita tersebut.
Mungkin kita sudah melangkah,di langkah pertama kita gagal,di langkah kedua kita
juga gagal. Tapi masih ada langkah ketiga dan seterusnya, jika di langkah
kelima kita masih gagal kita harus terus berjuang dengan pantang menyerah.
Karena mungkin di langkah keenam kita berhasil. Mungkin kita sudah mencoba 10
kali tapi masih gagal, tenang saja, karena kita masih bisa mencoba untuk ke 11
kalinya.
Kolonel
Sanders adalah salah satu contoh dari orang yg pantang menyerah. Meskipun resep
ayam kentucky-nya ditolak oleh 1000 restoran, tapi ia tidak menyerah dan ketika
ia mencoba untuk ke-1001 kalinya, ia berhasil. Seandainya ia menyerah mungkin
kita tidak akan melihat dan menikmati lezatnya ayam kentucky di restoran KFC yg
sangat terkenal itu, bukan hanya di amerika tapi di seluruh dunia.
Jika
kita sudah menyerah mungkin kita akan menyesal di kemudian hari karena kita
mungkin tinggal selangkah lagi menuju kesuksesan & kebahagiaan. So,jangan
pernah menyerah dan jangan pernah berhenti untuk mencoba. Lakukan yg terbaik
dan saat itulah kita akan mendapatkan yg terbaik walaupun butuh waktu dan kesabaran
untuk meraihnya.
INGAT!
“Keajaiban hanya terjadi pada orang yang pantang menyerah”
“Keajaiban hanya terjadi pada orang yang pantang menyerah”
0 comments:
Post a Comment