Jika boleh memilih
antara gaji besar dan gaji kecil, apa pilihan Anda? Pertanyaan yang kurang
cerdas. Jika dihadapkan pada 2 pilihan antara mengerjakan sesuatu yang sudah
biasa Anda lakukan dengan baik atau sesuatu yang Anda belum terampil
melakukannnya; Anda pilih yang mana? Tidak usah khawatir, ini bukan soal
pilihan antara benar dan salah kok. Kebanyakan orang mendahulukan kenyamanan.
Maka wajar jika mereka memilih mengerjakan tugas-tugas yang mudah. Selain memberi
rasa nyaman, pekerjaan gampang tidak memerlukan kerja keras dan bisa menghemat
banyak keringat. Tak heran jika banyak orang yang merasa berat hati ketika
mendapatkan penugasan yang sulit. Bahkan tidak sedikit yang rela karirnya tidak
berubah karena merasa sudah sangat nyaman dengan pekerjaan yang dilakukannya
selama bertahun-tahun. Boleh saja jika memang itu sudah menjadi pilihan hidup
kita. Tapi, jika kita masih mengeluhkan hasilnya, itu pertanda ada yang salah
dengan pilihan kita.
Dua minggu lalu sahabat saya menunjukkan
pohon beringin bonsai yang dimilikinya. Lalu saya teringat kepada pohon
beringin besar yang tumbuh dihalaman belakang rumah kakek saya di kampung
ketika saya masih kecil dulu. Membayangkan kedua beringin itu, tiba-tiba saya
merasa miris sendiri. Jangan-jangan saya ini sebenarnya
memiliki potensi yang sangat besar. Namun, saya membiarkan diri sendiri kerdil
seperti beringin bonsai itu. Seolah tersadar dari keterlenaan yang telah
bertahun-tahun ini saya alami, saya melihat betapa banyak potensi diri yang
saya sia-siakan selama ini. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar
memaksimalkan potensi diri, saya ajak memulainya dengan mempraktekkan 5 prinsip
Natural Intelligence (NatIn) berikut ini:
1.
Berhentilah bermain di arena kecil.
Jika Anda sudah tidak lagi mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan yang Anda tangani, boleh jadi
sebenarnya Anda sudah tidak cocok lagi dengan pekerjaan itu. Huhu, bukankah
justru sebaliknya? Bukan. Salah satu alasan mengapa pohon beringin di rumah teman
saya itu menjadi bonsai adalah karena dia secara sengaja ditempatkan pada pot
beton yang sangat kecil. Beda dengan beringin raksasa di kebun kakek saya.
Tanahnya luas, nutrisinya banyak, ruang geraknya leluasa. Maka jadilah beringin
teman saya kerdil. Dan jadilah pohon beringin kakek saya menjulang tinggi
dengan akar gantungnya yang besar dan kekar. Begitu pula dengan pekerjaan. Jika
Anda masih terus bertahan dalam pekerjaan yang sudah menjadi tugas cetek dan
celepete itu, bisa jadi Anda membiarkan diri sendiri menjadi bonsai. Kita
sering mengkalim diri sebagai orang yang berjiwa besar dan berkehormatan besar.
Namun, kita membiarkan diri sendiri ngendon di ruang kecil yang hanya cocok
untuk mereka yang memiliki kapasitas kerja yang juga kecil. Terlalu mudahnya
pekerjaan yang Anda tangani itu adalah indikasi jika kapasitas diri Anda sudah
lebih besar. Maka datanglah kepada atasan Anda untuk penugasan yang lebih
menantang. Karena seperti pot mungil; tantangan kecil hanya cocok untuk orang
kecil, atau orang besar yang ingin menjadi kerdil.
2. Tumbuhkanlah
keinginan untuk menjadi orang besar.
Kalau merasa takut keluar dari arena kecil
untuk memasuki arena bermain yang lebih besar itu wajar. Namun kita memiliki
pilihan apakah akan menjadikan rasa takut itu sebagai alasan untuk tetap diam
ditempat, ataukah sebagai daya dorong untuk mengembangkan diri agar bisa
menjadi pribadi yang lebih besar. Pilihan itu menghasilkan sebuah perbedaan
bermakna. Orang-orang yang terkurung dalam ketakutan tidak akan pernah keluar dari
penjara aman yang dibuatnya sendiri. Sedangkan orang-orang yang terdorong oleh
rasa takut proporsional justu semakin bersemangat untuk terus mengembangkan
diri. Saya melihat akar bonsai itu memberontak keluar dari pot kecilnya. Bahkan
ada bagian pot yang retak. Terlihat sekali jika sebenarnya bonsai itu ingin
tumbuh membesar seperti yang seharusnya. Bagaimana dengan kita? Apakah kita
menggeliat mencari tantangan lebih besar ataukah justru diam saja ditempat
berhambatan kecil? Kita kalah oleh tanaman jika demikian. Tantangan besar
sering tidak datang dengan sendirinya. Maka seperti akar bonsai itu, kita
sendirilah yang harus mencarinya keluar dari tempat persembunyian. Banyak
atasan yang enggan memberi penugasan besar kepada orang-orang tertentu. Mengapa?
Karena kebanyakan orang memiliki seribu satu alasan untuk menolaknya. Kita?
harus seperti akar itu. Mendatanginya. Dan mempersiapkan keterbukaan diri untuk
menerima tantangan besar.
3. Pancinglah
kesempatan besar dengan umpan yang besar.
Bayangkan jika Anda berharap bisa menangkap
hiu, namun Anda menggunakan sampan kecil. Dengan kondisi seperti itu, didatangi
oleh hiu justru sangat berbahaya. Banyak kejadian yang patut kita ambil
hikmahnya. Misalnya orang-orang yang mendapatkan jabatan atau tanggungjawab yang
‘terlalu besar’ dibandingkan dengan kapasitas dirinya yang kecil. Mereka
berambisi untuk mendapatkan ikan besar, tapi lupa untuk memperbesar alat
pancingnya. Mereka berambisi mendapatkan jabatan tinggi, tapi lalai
mengimbanginya dengan kapasitas dan kemampuan diri yang juga tinggi. Akhirnya?
Kinerjanya buruk. Frustrasi. Dilecehkan kolega dan bawahan. Lalu, melarikan
diri ke tempat lain karena sudah tidak sanggup lagi mengatasi tantangan yang
dihadapinya. Ditempat baru, kejadiannya tidak jauh berbeda. Pasti akan terulang
lagi. Kecuali jika mereka kembali memasuki kolam kecil yang sesuai dengan
kapasitas dirinya. Sebaliknya jika penugasan besar itu diberikan kepada
orang-orang yang memiliki kapasitas diri yang besar. Dia tentu bisa
mengembannya dengan sebaik-baiknya. Jadi, jika ingin mendapatkan tanggungjawab
yang besar, kita mesti belajar untuk terlebih dahulu membuat kapasitas diri
kita tambah besar. Karena, hanya orang besar yang layak mendapatkan kesempatan
besar.
4. Besarkanlah
kapasitas diri dengan kemauan sendiri.
Saya berani mengatakan bahwa Anda tidak
bisa mengandalkan proses pengembangan kapasitas diri Anda kepada atasan Anda.
Mengapa? Karena proses pengembangan diri itu harus dimulai dari kesadaran yang datang
dari diri Anda sendiri. Atasan Anda hanya bisa memfasilitasi prosesnya, atau
merekomendasikan program pelatihannya, atau sekedar menyediakan budgetnya.
Apakah Anda berhasil mengembangkan kapasitas diri itu atau tidak, atasan Anda
tidak memiliki kuasa untuk itu. Faktanya? Banyak orang yang ikut suatu
pelatihan namun tidak menerapkan ilmu yang diperolehnya di tempat kerja. Banyak
juga bawahan yang mengelak untuk mendapatkan penugasan menantang yang
sebenarnya merupakan kesempatan bagi mereka untuk berkembang lebih cepat.
Bukankah kita sering mengomel kalau diberi tugas yang sulit? Padahal kita tahu
bahwa pengalaman adalah bekal yang paling relevan, berdampak, dan berdaya guna.
Dan itu tidak bisa kita raih selain dengan menjalaninya sendiri. Kebanyakan orang
langsung nyantai begitu pekerjaannya selesai. Banyak juga yang sengaja
melambat-lambatkan pekerjaanya dengan maksud menghindari penugasan lainnya.
Tapi seorang staff memiliki kemauan yang sedemikian kuat untuk berkembang lebih
pesat. Dia beristirahat hanya pada waktunya istirahat. Lalu berpindah dari
tugas yang satu kepada tugas yang lain. Setahu saya, karir orang ini melejit
sangat cepat. Bahkan melampaui posisi mantan atasannya. Mengapa hanya dia yang
begitu? Apakah atasannya pilih kasih? Tidak. Itu karena memang dia memiliki
kemauan untuk memperbesar kapasitas dirinya sendiri.
5.
Raihlah kesempurnaan dengan proses
pencarian tanpa henti.
Orang-orang yang merasa dirinya sudah
sempurna pasti jauh dari kesempurnaan. Mengapa? Karena tidak ada satu hal pun
dimuka bumi ini yang benar-benar statis. Semua bergerak secara dinamis. Bahkan
benda-benda yang terlihat diam pun sebenarnya bergerak. Apakah secara absolut
pada tingkatan atomiknya, maupun secara relatif dalam tingkatan kosmiknya.
Segala sesuatu yang hari ini kita kira sebagai puncak pecapaian, akan segera
kadaluarsa lalu digantikan oleh pencapaian lain yang jauh lebih bernilai.
Kesempurnaan pencapaian diri kita itu laksana undakan anak tangga. Setiap kali
kita menanjak naik, posisi kita memang menjadi lebih tinggi. Namun kita tidak
benar-benar sampai ke puncak tertinggi. Jika kita berhenti pada anak tangga
itu, maka kita hanya akan bisa mencapai setinggi itu. Lihatlah satu anak tangga
lagi, maka kita akan tahu bahwa meski sudah tinggi tapi kita belum cukup
tinggi. Naiklah lagi, dan posisi kita lebih tinggi lagi. Naiklah lagi, dan
naiklah lagi. Itulah satu-satunya cara untuk menapaki ketinggian nilai-nilai
kemanusiaan diri kita sendiri. Yaitu dengan pencarian yang tanpa henti. Sebagai
imbalannya, setiap penemuan yang kita dapatkan itu semakin mendekatkan diri
kita pada kesempurnaan diri. Karenanya, kesempurnaan hanyalah milik para
pencari tanpa henti.
Banyak karyawan yang sangat senang dengan
penugasan ringan. Mereka merasa nyaman dengan segala kemudahan dalam
menyelesaikan tugas-tugasnya. Padahal, justru kondisi itu sangat membahayakan
karir mereka sendiri. Tugas-tugas ringan yang kita dapatkan dari pekerjaan
tidak ubahnya seperti pot-pot kecil yang akan menghalangi pertumbuhan akar,
dahan dan ranting-ranting kapasitas diri yang besar. Jika pohon beringin yang
bisa tumbuh puluhan meter pun bisa dikerdilkan untuk menjadi hanya 15 senti,
maka kapasitas diri kita yang sangat besar itu pun pasti bisa dikerdilkan hanya
dengan cara memberinya tugas-tugas yang kecil. Maka mulai sekarang, berhentilah
merasa nyaman dengan tugas-tugas kecil. Dan mulailah untuk memberikan
pohon kapasitas diri Anda tanah yang luas dan besar agar bisa tumbuh hingga
sebesar-besarnya.
0 comments:
Post a Comment