Melihat keadaan dunia yang
seperti sekarang ini, kita dituntut untuk selalu meningkatkan kompetensi di
bidang apa pun yang kita tekuni. Persaingan semakin tajam dan kita tentu tidak
mau tersingkir dari arena karena kalah amunisi dalam
bersaing.
Sekarang kita dihadapkan
dengan keadaan yang berubah dengan kecepatan tinggi. Kita dituntut untuk menjadi
manusia yang serba bisa. Kalau tidak, maka hidup akan keras kepada kita. Kita
harus memiliki segudang kebisaan:
- Bisa hidup senang, bisa
hidup susah.
- Bisa hidup di desa, bisa hidup di kota.
- Bisa makan
enak, bisa puasa.
- Bisa menerima, bisa memberi.
- Bisa mengasihi, bisa
menyayangi.
- Bisa membaca, bisa menulis.
- Bisa melihat peluang, bisa
memanfaatkan peluang, bisa menciptakan peluang.
- Bisa mempertahankan budaya
tradisional, bisa menguasai dan memanfaatkan teknologi canggih.
- Bisa
membeli, bisa menjual.
- Bisa diajar, bisa mengajar.
- Bisa menikmati
hasil karya orang lain, bisa menciptakan karya untuk orang lain.
- Bisa
mendengar, bisa mengemukakan pendapat.
- Bisa berbuat, bisa bertanggung
jawab.
- Bisa gagal, bisa bangkit, bisa sukses.
- Bisa berempati, bisa
membantu orang lain.
- Bisa menghadapi masalah, bisa menemukan solusi.
-
Bisa istirahat, bisa bekerja keras.
- Bisa bahagia di dunia, bisa bahagia di
akhirat.
Semakin banyak yang kita
bisa, maka semakin terbuka lebar peluang keberhasilan kita raih. Kita tidak
bingung lagi karena kita telah cukup bekal dan ‘persenjataan’ untuk terjun ke
‘medan tempur’.
Kita tidak akan pernah menyerah karena kita memilih mati terbunuh atau
menang.
Masa depan kita semakin
menantang. Kadang kita menghadapi ketidakpastian. Kita harus berani mengambil
risiko dari keputusan yang kita pilih.Dunia kerja, dunia usaha, dunia pemasaran,
dunia politik, dunia pendidikan, dan dunia-dunia yang lain semakin membutuhkan
manusia-manusia yang kompeten. Kalau kita tidak bisa apa-apa, maka kita akan
tersingkir oleh yang lebih bisa. Keahlian teknis kini semakin penting. Demikian
juga dengan kemampuan memimpin dan bekerja dalam tim. Yang tak kalah penting
lagi kemampuan kita untuk me-manage waktu, pikiran, dan juga uang. Semua itu
menuntut kita untuk “bisa”.
Persaingan era teknologi
informasi memungkinkan kurang efektifnya taktik korupsi, kolusi, dan nepotisme
(KKN) dalam mendapatkan kekayaan/kemakmuran secara instan. Orang-orang yang
teledor menggunakan taktik tersebut selain akan lebih cepat tertinggal secara
kualitas, bisa diramalkan mereka juga akan segera masuk bui. Orang yang akan
tampil ke permukaan adalah orang-orang yang memiliki capability dalam berbagai
bidang di atas kemampuan rata-rata orang kebanyakan. Mereka mampu menyatukan
potongan-potongan peluang menjadi sebuah bisnis besar yang monumental. Visi
mereka mampu menembus keterbatasan. Mereka terus berusaha menjadi orang yang
serba bisa.
Jika dulu ada orang yang
kaya mendadak karena menang lotere maka sekarang pun ada orang berpenghasilan
ratusan juta rupiah dengan memanfaatkan teknologi internet. Mereka menjadi
internet marketer, trader, atau berafiliasi dengan korporasi bisnis dunia maya.
Mereka bisa karena menguasai keahlian teknis dan ilmunya. Mereka sukses karena
berusaha agar menjadi “bisa”.
Banyak peluang yang sering
tidak kita perhatikan. Kadang kita menganggapnya bukan sebagai peluang karena
kita tidak bisa memanfaatkan peluang tersebut. Banyak orang ketika melihat
seonggok besi rongsokan menganggapnya sebagai sampah. Namun ada juga orang yang
melihat besi tua itu sangat bernilai. Ia lalu mengumpulkannya hingga berton-ton,
kemudian ia jual dan akhirnya ia pun menjadi jutawan. Ia bisa melihat peluang
yang tidak dilihat orang.
Ada saja manfaat yang
dapat kita peroleh dengan “kebisaan” kita. Semakin banyak hal yang kita bisa,
semakin luas dunia yang bisa kita masuki. Peluang pun semakin banyak terlihat.
Dan pada akhirnya semakin besar kemungkinan kita untuk meraih
kesuksesan.
Bukankah kita dilahirkan
untuk menang? Jika kita sudah menjadi pribadi yang tangguh, kesulitan apa pun
tidak akan membuat kita menyerah!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment